Senin, 03 November 2008

"Pesantren Sabilul Hasanah"

Pesantren Sabilul Hasanah, Sumatera Selatan;
Berpacu Menggerakkan Ekonomi Masyarakat Sekitar


Seperti pesantren pada umumnya di Pulau Jawa, pertumbuhan dan perkembangan pesantren menyesuaikan diri dengan tuntutan masyarakat. Itulah yang dilakukan oleh Pondok Pesantren Sabilul Hasanah, yang berposisi di Jl. Raya Palembang, Jambi Km 25. Desa Perwosari, Kecamatan Banyuasin III, Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan.

Rumus yang berlaku umum bagi pesantren, biasanya terdiri dari tiga komponen yang disebut trilogi pesantren yaitu, rumah pengasuh, masjid atau mushallah dan asrama untuk santri. Pesantren Sabilul Hasanah juga demikian. Didirikan oleh KH. Mohammad Mudarris, SM pada tahun 1987, bermula dari tuntutan masyarakat sekitar. Berawal dari adanya rumah pengasuh, terus ada mushallah kecil , lalu ada santri. Lambat laun semakin banyak santri yang datang, maka berdasarkan musyawarah dengan masyarakat sekitar, disitu diperlukan pesantren yang memadai.

Karena tuntutan masyarakat, akhirnya secara formal pada tanggal 17 April 1994, dimulai pembangunan pesantren dengan peletakan batu pertama pembangunan masjid, dan disusul pembangunan asrama dan lokasi belajar. Kini pesantren tersebut terus berkembang dan pembangunannya sudah menghabiskan lahan 5,5 Ha. Ini semua karena karunia Allah SWT. Bahasa pesantrennya, ini karena ada barokah sehingga pesantren bisa seperti sekarang ini. Kata KH. Muhamad Mudarris SM.

Klasik dan Moderen
Dalam perkembangannya, Pesantren Sabilul Hasanah dengan berpedoman pada kaidah fiqih; al-mukhafadatu ala al-qadimi al-shaleh, wa al-akhdu bil jadidi al-ashlah, pesantren memadukan klasik dan moderen. Bermula pada tahun 1995 membuka pendaftaran santriwan / wati untuk Madrasah Diniyah yang mengakaji kitab-kitab salaf. Program ini berkonsentrasi pada keilmuan agama Islam yang terdiri dari jenjang pendidikan; pertama, Madrasah I’dadiyah. Kedua, Madrasah Diniyah dan ketiga, Madrasah Pasca Diniyah.

Karena tuntutan jaman, maka pendidikan klasik diniyah saja dianggap tak memadai. Maka tak seberapa lama, pesantren membuka pendidikan formal yaitu Madrasah Tsanawiyah (Mts) dan Madrasah Aliyah (MA). Berkat kegigihan dan keistiqamahannya dalam meningkatkan mutu pendidikan, maka Madrasah Aliyah Sabilul Hasanah mendapatkan kepercayaan dari Departemen Agama dan Diknas RI sebagai percontohan pemberlakuan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) pada tahun ajaran 2004/2005.

Sebagaimana pesantren-pesantren yang lain, pesantren Sabilul Hasanah mewajibkan santrinya bermukim (tinggal di pesantren). Selama di pesantren, para santri mengikuti kegiatan pendidikan yang bersifat informal, yaitu pengajian kitab kuning yang bertujuan membekali santri agar memiliki kemampuan untuk mengkaji khazanah-khazanah intelaktual klasik/salaf maupun kontemporer yang berbahasa arab, baik secara teoritis maupun praktis. Model pengkajian kitab kuning terdiri dari, pertama, bentuk bandongan (ustadz mengaji santri menyimak dan memberi makna/arti dalam kitabnya). Kedua, sorogan (murid membaca kitab, ustadz menyimak dan membenarkan kesalahan dalam membaca). Ketiga, musyawarah atau diskusi (bahsul masail dan tafahhumul kitab), dan keempat, Tutorial (pendalam kitab khususnya pada hal yang bersifat praktis).

Para santri juga digembleng dengan penguasaan bahasa asing lewat lembaga pengembangan bahasa (LPB). Lembaga ini didirikan pada tanggal 3 April 2002, yang bertujuan mendidik santri agar memiliki keterampilan berbahasa asing (Bahasa Arab, Inggris dan Mandarin). Kini LPB telah dilengkapi sarana pendukung yang berupa laboratorium bahasa dengan sistem mutakhir (Lab. Multimedia)

Untuk menambah kemapuan dan skill para santri, pesantren juga menambah dengan pendidikan ekstrakurikuler yang dilakukan dengan pola mingguan dan bulanan. Bentuk kegiatannya adalah pelatihan kader muballig dan muballighat -untuk mencetak penceramah ulung-, Pelatihan Komputer, Diklat Kepemimpinan dan Organisasi, Latihan Munaqib dan Barzanji, Latihan Seni Baca al-Qur’an dan Shalawat, Latihan Seni Kaligrafi, dan Latihan Kepramukaan dan P3K.

Penggerak Ekonomi Masyarakat
Agar tidak menjadi ‘menara gading’, pesantren tidak terasing dari masyarakat sekitar, maka pengasuh pesantren berinisiatif; menggerakkan manajemen perekonomian pesantren sebagai penunjang kehidupan masyarakat. Karena sebenarnya, pesantren tidak bisa dipisahkan dari ekonomi dan masyarakat.

Apalagi, ketika itu produktifitas masyarakat sekitar masih terbilang rendah, dengan kecendrungan masyarakatnya yang konsumtif. Di sisi lain, Propinsi Sumatera Selatan merupakan Propinsi yang kaya akan potensi alam yang dimilikinya. Oleh karena itu, pesantren memandang perlu langkah terobosan, mengupayakan perubahan dalam rangka membangun masyarakat yang produktif. Berdasarkan pemikiran ini, lalu pesantren membentuk wadah yang dapat mengembangkan produktifitas masyarakat didalam pemenuhan kebutuhan ekonomi.

Lembaga tersebut didirikan oleh pesantren pada tahun 1998 yang bernama “Lembaga Swadaya Perekonomian Pondok Pesantren Sabilul Hasanah (LSP3SH) as-Syarofah”. Lembaga ini berfungsi sebagai fasilitator kegiatan perekonomian pesantren dan masyarakat. Kini, lembaga tersebut telah memiliki beberapa usaha perekonomian diantaranya; Pertukangan Kayu (Meubelair), Pembuatan Paving Blok dan Batako, Pembuatan Provil dan Lisplang Bangunan, Pertukangan Las, Pembibitan Sawit dan Karet. Juga ada program Perikanan Air Tawar, Waserda (Warung Serba Ada) as-Syarofah, Wartel as-Syarofah dan air isi ulang Mas’a.

Adanya lembaga perekonomian tersebut membantu masyarakat untuk mendapatkan peluang kerja. Pesantren dalam menggerakkan kegiatan usahanya melakukan rekrutmen tenaga pekerja dari masyarakat sekitar dan santri sendiri untuk ikut serta membantu menyejahterakan dan mengembangkan pesantren dan masyarakat.

Agar program rutin pesantren sehari-hari berjalan secara efektif dan efesien, pengasuh pesantren membentuk lembaga / departemen. Lembaga ini juga menjadi tolak ukur dalam pengembangan pesantren. Lembaga ini mempunyai tugas sentral yang memiliki peran kontrol terhadap kinerja, fungsi dan perkembangan santri.

Sedangkan pada program kerja departemen, pesantren menyerahkan sepenuhnya kepada organisasi tersebut untuk menyusun, merencanakan dan mengevaluasi. Namun kegiatan apapun yang dilaksanakan oleh lembaga tersebut harus berbentuk laporan kegiatan, baik perencanaan dan pelaksanaannya. Dengan kata lain, pesantren memberikan kewenangan terhadap kemajuan santrinya dalam mengembangkan skill dan pengalaman kerja.

Saat ini, pesantren telah memiliki sembilan departemen yaitu, Departemen Pengembangan Organisasi, Departemen Perwaqafan, Departemen Kamtib (Keamanan dan Ketertiban), Departemen Pendidikan, Departemen Usaha dan Perekonomian, Departemen Rencana dan Pengembangan, Departemen Pengadaan (Logistik), Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan Santri, Departemen Kepengasuhan (Dewan Pengasuh).
“Inilah lembaga yang memonitoring perkembangan pesantren, perkembangan ekonomi dan hubungan dengan masyarakat,” jelas Kiai Mudarris.

Masih menurut Kiai Mudarris, konsep tersebut sesuai dengan visi pesantren, yaitu, “Berperan aktif memberikan sumbangsih kepada bangsa dan negara Indonesia tercinta, berupa pemikiran dan kerja nyata sesuai dengan kemampuan yang ada, demi memajukan pembangunan manusia seutuhnya, yang berpedoman pada al-Qur’an, al-Hadist, Ijmak dan Qiyas”.

Kedepan, masih menurut Kiai Mudarris, Pesantren Sabilul Hasanah siap untuk menjadi Pilot Project Pengembangan Pondok Pesantren di Sumatera Selatan. Wallahu A’lam Bi As-Shawab.
Mashudi Umar

(Dipublikasikan di majalah Risalah NU, No. 09 / Thn II / 1429

6 Komentar:

Pada 23 April 2009 pukul 05.13 , Blogger Unknown mengatakan...

sabilul hasanah is the best

 
Pada 23 April 2009 pukul 05.14 , Blogger Unknown mengatakan...

sabilul hasanah is congratulition!!!

 
Pada 23 April 2009 pukul 05.15 , Blogger Unknown mengatakan...

sabilul hasanah is excellent

 
Pada 23 April 2009 pukul 05.17 , Blogger Unknown mengatakan...

pokoke PPSH adalh yang terbaik di antara yang terbaik!!!

 
Pada 28 Juni 2009 pukul 09.08 , Blogger INDRA. A.M. S.E mengatakan...

pembangunan infrastruktur mentalitas manusia merupakan faktor yang lebih utama dalam membentuk karakterisrtik dan prilaku generasi-generasi penerus bangsa mengarahkan pada hal yang positip dan meningkatkan keimanan merupakan solusi yang terbaik untuk menjadikan bangsa ini lebih maju kedepan. dengan menjadikan mentalitas kepribadian generasi yang beriman maka dapat terhujud kemanan dan ketertipanan nasional.walaupun eraglobalilsasi yang kian maju namun tetap perbegang teguh pada pedoman-pedoman agama. harapan saya SABILUL HASANAH dapat mampu mencetak keder-kader bangsa yang menjalankan konsep PANCASILA

 
Pada 28 Juni 2009 pukul 09.11 , Blogger INDRA. A.M. S.E mengatakan...

pembangunan mental infrastruktur manusia merupakan langkah yang paling penting dalam membentuk karakteristik sumberdaya manusia, menjadikan manusia-manusia yang berpotensi dalam aspek agama akan menghujudkan bangsa ini jauh maju lebih kedapan, karna dengan membangun mentalitas kepribadian individu akan mengarahkan pada perbaikan sikap dan tingkah laku generasi-generasi penerus bangsa. menghujudkan pola pikir yang positip dan mengarahkan pada peningkatan iman merupakan solusi yang terbaik untuk merubah sikap dan prilaku setiap individu dengan demikian akan lahir generasi-generasi yang berpotensi, mampu menghadapai eragelobalisasi maju, namum tetap berpegang teguh pada pedoman agama. harapan saya Sabilul Hasanah mampu mencetak kader-kader bangsa yang menjalankan konsep PANCASILA

 

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda