Minggu, 26 Oktober 2008

PCI Networking, Gurita NU Global

Jakarta-- Dalam pertemuan dengan Pengurus Cabang Istimewa (PCI NU), yang merupakan cabang NU istimewa yang tersebar di seluruh dunia, Ketua Umum PBNU, DR KH A Hasyim Muzadi menggagas bahwa PCI NU adalah networking (jaringan kerja) NU agar NU membumi dan menggurita ke level global.

‘’Karena itulah PCI NU nantinya akan bersinergi dengan ICIS yang keanggotaannya mencakup inteleketual dan ulama di Negara-negara Islam maupun Negara Barat non Islam. Jadi NU nantinya menjadi eksportir gagasan Islam moderat ke seluruh dunia, bukan menjadi agen gerakan internasional di Indonesia. Ini beda NU dengan HTI, Ihawanul Muslimin maupun dengan Majelis Mujahidin Indonesia,’’ ujar Kiai Hasyim di hadapan pengurus PCI NU seluruh dunia di sela-sela acara ICIS III di Hotel Borobudur Jakarta awal Agustus 2008.

Menurut Kiai Hasyim, karena ke-Sekjenan ICIS ada di Jakarta dan PBNU juga di kota yang sama , maka harus disinerjikan. ICIS setelah ke-Sekjenan selesai, selanjutnya akan dibentuk region-region atau zona-zona misalnya Zona Amerika, Zona Eropa yang bisa dibagi dua, Eropa Barat dan Eropa Timur. Kemudian Zona Afrika yang terdiri dari Afrika utara, tengah dan selatan,

Karakter masing-masing zona tidak sama, lanjut Kiai Hasyim, Kemudian Zona Australia, Asia, dan lainnya. ‘’Region-region ini nanti kekuatannya ada pada PCI, misalnya Eropa Barat regionalnya di London. Atau yang di Eropa Timur ada di Kazakstan, Afrika Utara, Timur Tengah, dan Saudi itu di letakkan di Mesir. Dan Afrika Selatan bisa bi Bormali atau di Afrika selatan. Zona Autralia diletakkan di Camberra, sementara Asean diletakan di Kuala Lumpur.

Dikatakan Abah, demikian ia biasa dipanggil-- maksudnya dengan region region itu nanti setiap region atau zona dipersilahkan untuk mengorganisasi dan mengadakan kegiatan-kegiatan sesuai dengan karakter regionnya. Dengan demikian ICIS akan mengakar, orang-orang yang sudah menjadi member di sini otomatis di tempatnya juga member. Jika di tempat masing- masing memerlukan orang lain untuk rekruitmen dipersilahkan, tetapi koordinasi ada pada PCI. Dikhawatirkan, kalau nanti lepas dari PCI, akan lepas dari kontrol NU.

‘’Dengan begini NU akan menggurita ke seluruh dunia, karena itu NU tidak boleh menjadi bagian dari gerakan rekruit orang lain, karena kita akan mengembangkan pemikiran dan membuat NU itu ke seluruh dunia,’’ jelasnya. Berikut liputan wartawan Risalah NU, Mashudi yang di dampingi fotografer Ahmad Muzakki, antara PCI NU dengan KH. Hasyim Muzadi;
Berikut Agenda dan Program PCI Seluruh Dunia


PCI Inggris
Sugiharto, PHD

Alhamdulillah bisa bertemu dengan Ketua Umum PBNU KH Hasyim Muzadi dengan menghadiri acara ICIS III ini. Saya bisa menjadi Ketua PCI NU Inggris, berawal dari karir saya di Inggris dengan berjualan sate dan sambil sekolah dan alhamdulillah S3 saya selesai. Karena saya pulang ke tanah air, PCI Inggris saya demesionerkan, agar ada generasi setelah saya. Cuma karena mendekati 2009, kita hati-hati.

Di Inggris sekarang ini banyak orang-orang yang mengaku NU, akan tetapi amaliahnya belum seperti NU. Kader NU di sana ada sekitar 200 orang yang basic-nya semua rata-rata dari pesantren. Berbagai kegiatan ke-NU-an sudah kami laksanakan seperti tahlilan, pencak silat dan berbagai zikir seperti saman dan lainnya. Respon dari kalangan Islam lainnya bahkan dari kalangan non-Islam merasa senang dan positif.

Harapan PCI Inggris, kita ingin menjalin hubungan dengan berbagai negara Eropa dan KBRI serta kerjasama dengan umat Islam di Inggris sendiri. Kami sudah bertemu dengan pimpinan umat Islam Inggris, dia bilang mempunyai program dari Deplu Inggris dengan dana sekitar 4, 5 poundsterling yang tujuannya Inggris wellcome terhadap Islam. Yang bersangkutan menginginkan dipertemukan dengan PBNU agar ada kerja sama dalam merealisasi program tersebut.

PCI NU Libiya
Mahmud dan Syihabuddin

Alhamdulillah semua kegiatan NU di Libiya berjalan dengan baik, berbagai program seperti Harlah NU yang kita laksanakan bekerjasama dengan KBRI Libiya. Harapan kami agar PCI yang lain memberikan masukan kepada kami dan bekerjasama dengan PCI yang berada di Libiya.

PCI NU Libiya terbentuk dari anak-anak NU dari berbagai delegasi PWNU Indonesia yang dikirim belajar ke Libiya. Sedangkan berbagai program NU yang kami lakukan, awalnya secara sembunyi-sembunyi, karena kami di sana minoritas berada di tengah komunitas lain. Kami pun berada di asrama-asrama yang bukan NU. Lama-lama kami memberanikan diri untuk terang-terangan dan akhirnya kami menemukan dukungan dari berbagai kalangan, maka terbentuklah sebuah PCI pada tahun 2005 secara resmi.

PCI Syiria
Yusron

Alhamdulillah PCI NU Syiria berjalan dengan baik, dengan melakukan berbagai pendalaman tentang keilmuan agama. Sedangkan anggota kami sekarang berjumlah sekitar 70 orang dan kondisinya secara perlahan mulai surut dikarenakan anak NU yang dikirimkan ke Syiria sudah mulai terbatas karena masuknya susah luar biasa.

Kami sering melakaukan pertemuan dengan berbagai pimpinan Islam di Syiria dan terjalin baik, terbukti dengan anggota kami yang ditahan setelah kami melakukan loby akhirnya dibebaskan.

Anggota kami mayoritas para mahasiswa dan anggota KBRI. Semestinya kalau kita bisa masuk ke berbagai kalangan, sebenarnya NU di sana itu banyak, dari para TKW Indonesia dan saya yakin para TKW ini adalah orang NU. Namun, karena terbatasnya waktu dan kurangnya komunikasi, akhirnya sampai sekarang anggota PCI NU masih sedikit.

Harapan kami, agar PBNU lebih memperhatikan anggota yang berada di berbagai PCI dan kami mempertanyakan kepada PBNU tentang akan berdirinya Universitas NU yang bertarap Internasional.


PCI NU Pakistan
Aini Aryani
NU di Pakistan baru berumur tiga tahun yang diresmikan oleh KH DR Masyhuri Na`im. Ketua Umum PBNU, DR KH A Hasyim Muzadi sendiri juga pernah berkunjung ke sana. Dan alhamdulillah sampai sekarang PCI NU Pakistan berjalan dengan baik, dari mulai kegiatan agama, diskusi dan seminar lainnya dan pihak kami sering kontak langsung dan mengirimkan berbagai artikel ke NU Online. Kami sempat menerbitkan sebuah buku yang diterbitkan oleh penerbit Pakistan.

Dari anggota pengajian yang ada mayoritas sekitar 60% adalah warga NU.
Dan kami mohon kepada pihak PBNU agar secepatnya mengeluarkan SK Pengurus PCI NU Pakistan yang baru dilantik.

PCI NU AUSTRALIA
Eko Zuhri Ernada

Awalnya PCI NU di Autralia ada di dua tempat, satu di New Zeland dan di Autralia. Sedangkan yang berada di New Zeland sekarang tidak ada kabarnya, karena sering kehilangan kontak dan tidak pernah komunikasi. Maklum, pertemuan antara kami hanya lewat internet saja, sedangkan anggota kami ada sekitara 500 orang. Padahal prospek NU di sana sangat bagus, karena banyaknya para TKW Indonesia yang mayoritas adalah orang NU.

Rencananya, kami akan membuktikan bahwa NU di sana itu ada dengan berbagai kegiatan dan program dari PBNU. Nah, pengenalan itu dengan memakai strategi, pertama kita kenalkan atau daftarkan ke lembaga Negara Australia agar NU menjadi lembaga yang sah dan resmi di sana. Yang kedua, kerja kita harus dengan cara profesional yakni dengan cara transparan terutama di masalah ke uangan dalam berorganisasi. Yang ketiga, kita buktikan di masyarakat luas bahwa NU di Australia itu ada dan terbukti dengan berbagai kegiatannya.

Kami pernah dimintai pendapat tentang kehalalan sebuah makanan produk Australia oleh pemerintah setempat. Hal inilah yang membuktikan bahwa kehadiran NU di sana sangat menyejukkan, karena orang-orang muslim di sana mayoritas dipengaruhi oleh Islam Timur Tengah. Kita pernah dituding oleh kalangan Islam Timur Tengah ini sebagai pembawa aliran bid’ah.

Rencana jangka panjang PCI NU Australia akan mendirikan sebuah Pondok Pesantren, sehingga orang-orang Australia yang mau mendalami agama tidak harus ke Indonesia. Harapan kami agar PBNU pertama, untuk bulan Ramadhan ini bisa memberikan Safari Ramadhan lagi ke Australia, seperti yang tahun sebelumnya. Dulu Prof Dr KH Tolchah Hasan dan Kiai Masykuri pernah melakukan itu.

Kedua, PBNU agar lebih memperhatikan PCI NU di Australia, ibarat anak rantau yang disapa bapaknya “nak bagaimana kabarmu ?” itu saja sudah senangnya bukan main.

PCI NU AMERIKA SERIKAT (AS)
Basri, PHD

Awal terbentuknya PCI NU di Amerika berkat kesadaran dari kami yang notabene dari kalangan asli NU. Sebenarnya cukup banyak warga NU di sana, tapi sepertinya kok gak mau menunjukkan jati dirinya. Setelah beberapa kali kita meggelar diskusi, akhirnya terbentuklah kesepakatan bersama untuk membentuk PCI NU yang dideklarasikan Ulil Abshar Abdallah bersama kawan-kawan.

Alhamdulillah NU di Amerika berjalan dengan baik, walaupun harus dengan gerilia karena memang kondisi di Negara AS itu mayoritaskan non- Islam. Untuk bergerak menjalankan agenda NU itu beratnya minta ampun. Yaa ini mungkin perlu dorongan khusus Kiai.

PCI NU SUDAN
Husein Habibi

Pada awalnya NU di Sudan tidak boleh berdiri, namun berkat kedatangan Kiai Hasyim Muzadi beserta rombongan akhirnya NU berdiri. Pada tahun 2007 PCI NU Sudan dilantik dan sekarang sudah resmi masuk dalam daftar Departemen Agama Sudan. Setelah terdaftar Menteri Agama Sudan sendiri yang menyerahkan SK tersebut. Kami juga sering kami diundang dalam berbagai kegiatan yang ada di kantor kementerian Sudan.

Kegiatan-kegiatan NU di Sudan selain diikuti anggota PCI, kami juga mengumpulkan para TKW Indonesia untuk mengikuti berbagai pengajian-pengajian yang kami selenggarakan bekerjasama dengan kementerian di Sudan.

Yang kedua, kami melakukan kerjasama dalam bidang ekonomi, alhamdulillah kami diberikan kebebasan dalam mengelola berbagai bidang ekonomi yang diserahkan pada kami.

Kami mengharapkan doa dan bimbingan selanjutnya dari PBNU, agar mengirimkan generasi yang betul-betul NU sehingga nantinya gampang untuk berjuang bersama-sama. Karena di Sudan itu yang namanya gerakan PKS itu banyak sekali dan ngerinya lagi, PKS di Sudan itu gerakannya secara terang-terangan (dor to dor) dari wilayah satu ke wilayah lain.

PCI NU MALAYSIA
Muhammad Hilmi

Alhamdulillah NU berjalan dengan baik, dan PCI NU di Malaysia ini berjalan sudah dalam periode yang kedua. Anggota NU di Malaysia mayoritas masyarakat luas dari kalangan mahasiswa dan para TKI yang berjumlah sekitar 3 juta yang resmi sekitar 2 juta dan tidak resmi 1 juta.
Kami tidak mempunyai kartu anggota, akan tetapi setiap kami melakukan kegiatan-kegiatan ke- NU-an banyak yang menghadiri. Kami mempunyai lima ranting yang berada di pelosok desa dan alhamdulillah kami selalu berkoordinasi dengan baik.

Kesulitan kami adalah pertama, untuk melancarkan organisasi NU ini, kami harus meminta ijin karena diberlakukannya undang-undang “bahwa setiap organisasi dari negara lain harus mempunyai ijin”.
Kedua, tidak adanya badan hukum yang resmi, sedangkan badan hukum adalah penting untuk segala bentuk kegiatan yang terkait kepada para anggota NU.

Permohonan kami kepada PBNU agar disambungkan kepada pemerintah Malaysia yang sekarang. Sedangkan kami meminta ijin itu seakan-akan kayak dipersulit oleh pemeritah Malaysia.


PCI NU MESIR

NU di Mesir sudah dibentuk lama, jadi tentang kegiatan di sana sudah beragam dan dinamikanya naik-turun. Alhamdulillah semuanya jalan. Di sana sudah ada Banom-Banom (Badan Otonom) seperti Fatayat, Jamiyah Thoriqoh, Lakpesdam, Pagar Nusa dan lainnya. Hampir semua kegiatan yang dilakukan PBNU, kami mencoba untuk mengikutinya. Bentuk apapun kegiatannya, kita mencoba untuk bisa aktif.

Di Mesir itu sudah ada radionya yang bekerjasama dengan kawan-kawan di Jerman, tapi sayangnya kini dikuasai oleh orang yang bukan NU. Namun demikian saya mencoba dengan link yang ada, penceramahnya melibatkan Banom- Banom yang ada, dan ternyata warna NU-nya ada dan peminatnya juga banyak. Jika seandainya kita bisa membuat radio, yaitu radio NU saya kira akan lebih bagus dan bisa meningkat dari pada sekedar pengajian on line link nya juga bisa kita buat di Indonesia dan kerjasama dengan Negara-negara lain. Jadi selain bisa diakses di radio Mesir, ternyata di Barat juga bisa di akses. Kita sudah bentuk beberapa PCI dan masalah teknologinya agak berat juga.

Tahun lalu , radio tersebut kita manfaatkan untuk kegiatan- kegiatan NU. Kita coba mengadakan dialog NU, kita mengundang nara sumber dan di-on air-kan dan sambutannya luar biasa. Namun setelah itu ada kritik untuk tidak boleh lagi memakai radio tersebut. Padahal bebarapa minggu terakhir, kita mengadakan diskusi meskipun yang hadir tidak terlalu banyak, tapi yang mengikuti di luar itu cukup banyak. Jika kita bisa mengorganisasikan dengan PCI lain termasuk Indonesia, apalagi jika kita punya radio sendiri maka akan lebih bagus lagi.


PCI NU LIBANON

NU di Libanon itu saya sebut komunitas, karena masih di bawah koordinasi NU Syiria. NU di Libanon itu sangat prospektif karena, di Libanon boleh dikata adalah barometer Timur Tengah. Di Libanon ada sekitar 1.000 lebih orang NU, itu terdiri dari pasukan TNI yang bertugas di sana dan NU menjadi kebanggaan mereka ini. Ketika KH Hasyim ke sana mereka lebih suka dibilang TNU dari pada TNI. Dan buktinya mereka minta doa ke Kiai Hasyim. Selain itu, NU di sana juga banyak dari mahasiswa. Alhamdulillah keberadaan NU mendapat respon positif masyarakat lokal. Ada komunitas Asyari di sana yang sangat terkagum kepada NU dan ingin membantu kita.

Kita mendapat bantuan langsung dari pemerintah Libanon. Meski di Libanon masih rawan konflik, toh mereka justru menawarkan beasiswa yang cukup unik. Karena selama ini beasiswa Timur Tengah itu identik dengan Dirosah Islamiah, artinya ilmu-ilmu agama. Namun beasiswa yang ditawarkan Libanon malah disiplin ilmu-ilmu umum, uniknya lagi pendeta pun menawarkan beasiswa kepada orang-orang NU. Kiai Hasyim sudah ketemu pendetanya, dan ingin kerjasama dengan PBNU.

Sedangkan beasiswa umum dari Libanon antara lain meliputi ilmu kesehatan, manajemen, informatika komputer, dan lainnya. Ini nanti menghilangkan kesan bahwa Timur Tengah tidak hanya pintar dalam agama, namun juga cakap dalam ilmu umum. Maka, kita bisa memberi warna yang lain dari lulusan Timur Tengah.
M a s h u d i/Muzakki

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda