Senin, 03 November 2008

"Mengembalikan Pemuda Sebagai Agent Of Sosial Change"

Peringatan Sumpah Pemuda, setiap tahun, bukan sekadar romantisme sejarah, karena berarti menghidupi kembali semangat dan kesadaran akan kebersatuan sebagai bangsa yang merupakan himpunan suku bangsa dengan perbedaan kultur dan agama.

Semangat dan kesadaran akan keberagaman, namun bersatu harus terus dihidupi sebagai syarat eksistensi bangsa Indonesia. Dan identitas keindonesiaan tidak pernah bisa dilepaskan dari ke- beragaman sebagai titik berangkatnya. Sumpah Pemuda merupakan titik tolak dari pembentukan identitas kebangsaan Indonesia yang memiliki kemandirian, kedaulatan, dan kesatuan.

Mencermati perjalanan dan kiprah para pemuda akhir-akhir ini, agaknya tidaklah menyakitkan jika mengatakan, bahwa mereka sudah jauh dari tugas yang seharusnya berada di pundak mereka masing-masing yaitu yang diyakini sebagai agen perubahan (agen of change) yang paling kondusif. Hal tersebut dapat kita saksikan dari semakin merosotnya perjuangan serta peranannya para pemuda dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Padahal kita tahu, sepanjang perjalanan sejarah peradaban bangsa-bangsa di belahan dunia, peranan para pemuda dalam menciptakan tatanan sosial-ekonomi menuju ke arah yang humanistik menempati posisi yang sangat strategis.
Para pemuda yang berkumpul di Jakarta tanggal 28 Oktober 1928 memiliki kesadaran bersama tentang masa depan. Mereka menyadari transformasi masyarakat tradisional menuju masyarakat modern mulai terjadi di Nusantara.

Peristiwa runtuhnya Perez Jimenes di Venezuela pada tahun 1958, perlawanan terhadap Diem di Vietnam pada tahun 1963, lengsernya Ayub Khan di negara Pakistan pada 1956, dan gerakan anti penindasan untuk rakyat Chekoslavia pada tahun 1968 merupakan sebagian kecil bukti yang riil dari rekaman sejarah yang membuktikan bahwa memang pada realitasnya peranan para pemuda sangat berpengaruh besar sebagai pembawa perubahan di suatu wilayah.

Begitu pula di negara Indonesia ini. Perkembangan sejarah pembentukan bangsa Indonesia pun juga tidak terlepas dari peran serta perjuangan keras gerakan kaum muda. Para pemuda merupakan mobilisator utama sekaligus pembakar semangat perjuangan untuk melakukan perlawanan habis-habisan pada kolonialisme-imperialisme barat. Sebuah momentum bersejarah yang pada akhirnya membuahkan kemerdekaan bagi kita semua. Demikian juga runtuhnya Orde Lama, serta tumbangnya Orde Baru hingga bergulirnya reformasi juga merupakan bukti nyata, semuanya tak lepas campur tangan para pemuda. Betapa keberadaan pemuda bangsa ini menempati posisi yang sangat utama.

Dapat kita saksikan dengan mata telanjang, sejak awal kebangkitan nasional pada tahun 1908 sampai pembentukan Orde Baru pada pertengahan tahun 1966 para pemuda memegang peranan yang sangat vital, perjuangannya mengambil tempat yang utama dalam perjalanan sejarah Indonesia. Dalam masa-masa yang sangat kritis mereka selalu sigap tanggap dalam mengambil keputusan dan prakarsa untuk mempelopori perjuangan tanpa menunggu perintah dari siapa pun, dan tanpa meminta pamrih sedikit pun.

Namun ironisnya, sekarang ini para pemuda pada era pasca reformasi dengan perombakan-perombakan kepemimpinan dan perubahan paradigma yang terdapat dalam pemerintahan, ternyata juga menyusutkan semangat juang dan patriotisme pemuda. Generasi muda kali ini mengalami pergeseran serta kemerosotan yang cukup signifikan. Peristiwa tawuran antar mahasiswa baik di Jakarta maupun di beberapa daerah, menjadi bukti bahwa mereka tidak mampu mengendalikan emosi dan penuh denga kesombongan. Semestinya para mahasiswa (pemuda) sebagai generasi bangsa harus mampu menjadi pelopor keteladanan baik dalam perilaku, pendidikan dan semangat membangun bangsa. Dengan kata lain, generasi muda masa kini sama sekali tidak mampu mewarisi perjuangan pemuda pada masa lalu.

Pada era penjajah saat itu para pemuda dituntut untuk memegang senjata dan berperang mati-matian. Jika pada pada pemerintahan Orde Baru kita dihadapkan pada politik tidak etis yang hanya menyulam politik demi mempertahankan status quo, maka di saat yang bersamaan sebagai tanggung jawab pemuda adalah melawan militerisme. Maka pada saat ini yang menjadi agenda tepenting bagi para pemuda adalah menjadi teladan yang baik, menjadi agen of social change yang mampu merebut masa depan bangsa Indonesia yang bermartabat dan berwibawa. Juga mampu menanamkan sejak dini “penyakit” kita semua yaitu korupsi, jangan sampai menyentuh tangan pemuda.

Oleh karena itu, kecerdasan, kepekaan sosial dan kemampuan membaca perubahan zaman itu yang diterjemahkan dengan besarnya optimisme anak-anak muda tentang masa depan bangsanya untuk menjadi jembatan emas menuju Indonesia yang adil dan makmur seperti harapan para founding father’s yang telah mendahului kita.
Mashudi Umar

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda